Sabtu, 23 Mei 2015

Lantunan Hati



Cinta....
Sesungguhnya aku belum mampu menguraikan apa itu arti cinta yang sesungguhnya.
 Kata orang, cinta itu indah
Cinta itu bahagia
Cinta itu sedih kala sang pujangga cinta jauh dari sang permata hati
Cinta itu ketulusan, dan lain sebagainya
Entahlah, rasa cinta mana yang hakiki yang benar-benar dari hati.
Aku belum mampu membedakan mana itu ketulusan dan mana itu hawa nafsu.
Saya rasa itu tak ada bedanya, antara ketulusan dan hawa nafsu.
Sejujurnya aku tak ingin mengingat-ingat hal tersebut. Jujur aku tak suka dengan laki-laki yang tak mampu menghargai seorang wanita. Kalau nantinya akan berjodoh dalam keadaan apapun dan dengan cara apapun Alloh akan menyatukannya. Aku juga bukan wanita yang baik-baik. Tetapi aku berusaha menjadi yang lebih baik.
Sejujurnya aku masih terus mengingat wajahnya.
Wajah yang tak pernah hilang dari pandangan mata ini.
Ketika aku merasa sendiri, tiba-tiba wajahnya menari-nari dalam lamunanku.
Ach.....
Aku mencoba menepisnya, tetapi semakin aku mencoba tuk menepisnya akan semakin bertambah rasa ini kepadanya.
Dia berasalah dari sebuah pesantren, dan aku yakin dia akan jauh bisa memuliakan seorang wanita, karena di pesantren diajarkan bagaimana memuliakan wanita, di sana berbagai pendidikan agama diajarkan, itu yang membuat aku menjadi terpesona akan dirinya.
Nada suaranya, wajahnya, lesung pipinya.. begitu tergambar penuh di memory otakku.
Dia juga suka baca novel sepertiku.. dia juga suka film India sepertiku akan tetapi dia tidak semaniak aku ahehehe..
Aku hanya bisa diam.
Menyembunyikan rapat-ratap perasaan ini.
Aku takut jika ia tidak memiliki perasaan yang sama seperti apa yang aku rasakan. Walalupun terkadang ia mengucapkan hal-hal yang tidak aku duga.
Jika kehadirannya hanya bagaikan desiran ombak,
Yang sejenak datang lalu pergi.
Maka hilangkanlah hapuskanlah ia dari pandangan mata ku.
Jika kedatangannya bagaikan rembulan yang mampu menghiasi dunia.
Biarkan ia terus berada dalam hati ini.
Sampai Engkau memberikan aku yang terbaik.
Aku cinta dengan dia layaknya seorang lawan jenis.
Tetapi aku sadar, aku tidak sepadan pemahaman dengannya.
Dia seorang santi, sedangkan aku seorang mahasiswi biasa. Yang sangat jelas berbeda bidang. Jujur aku masih ingin menatap wajah lembutnya. Melihat seulas senyuman di wajahnya. Melihat betapa manisnya ia ketika tersenyum.
Tuhan, hadirkan ia dalam hidupku.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar