LAPORAN
OBSERVASI SENI KARAWITAN
DI ISI
SURAKARTA
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Apresiasi
Seni
Karawitan
Dosen
Pengampu: Waluyo Sastro Sukarno
Disusun oleh:
Nama : Zuli Isnawati
Kelas : IV G
NIM : A 510120209
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
Kata Karawitan berasal dari kata rawit yang berarti halus,
indah ataupun rumit. Awalnya kata Karawitan digunakan untuk menyebut setiap
kesenian jawa yang kini disebut tradisional. Namun dalam bahasa Jawa
'Karawitan' dipakai untuk mengacu pada musik gamelan. Karawitan ditinjau dari
fungsinya mempunyai 2 arti yaitu arti secara luas dan arti secara sempit /
khusus. Arti luas berarti seni suara, sedangkan arti sempit berarti seni suara
yang beristem Slendro dan Pelog. Jadi Karawitan adalah seni uara yang bersistem
Slendro dan Pelog baik vokal maupun instrumental.
Karawitan disebut juga musik pentatonis yang berasal dari
kata penta dan tonis. Penta artinya lima sedangkan tonis dari kata toone yang
berarti nada. Jadi karawitan adalah seni musik yang hanya menggunakan lima nada
pokok saja.beikut adalah hasil observasi yang saya lakukan bersama teman-teman
di ISI Surakarta pada tanggal 11 dan 16 April 2014 pukul 20.00 – 22.00 WIB.
A.
Seni
Karawitan Tradisional
Dalam
pagelaran seni karawitan tradisional di ISI Surakarta yang saya observasi pada
tanggal 11 April 2014, di sana kami FKIP PGSD UMS semester IV menjadi sebagai salah satu tamu atau audien
yang menyaksikan begitu megahnya pagelaran yang di disajikan pihak ISI
Surakarta. Seni karawitan tradisional merupakan seni musik karawitan yang
menggunakan alat-alat gamelan keseluruhan tanpa kecampuran alat-alat musik modern,
serta panembangan (sinden) yang sangat menarik dan begitu memikat audien dengan
suara yang sangat merdu dan indah. Berikut ini adalah pagelaran yang disajikan
ISI Surakarta pada seni karawitan tradisional yaitu, sebagai berikut:
1.
Sajian
pertama
Pada sajian pertama yang disajikan pengrawit satu terdapat pemain kurang
lebih 28 orang yang menggunakan semua alat-alat gamelan ditambah dengan rebab
dan siter. Terdapat panembang (sinden) 5 orang yang menyayikan atau melagukan
tembang macapat tetapi dengan bantuan buku yang ada disampingnya. Sajian yang
disajikan cukup menarik perhatian para audien, sehingga membuat para audien pada
akhir pertunjukan sajian pertama memberikan apresiasi berupa applause. Para
pemain khususnya panembang (sinden) memakai pakaian kebaya yang berwarna merah
kekuning-kuningan dan sanggul, untuk pemain pengrawit laki-laki memakai baju
berwarna hitam kecoklatan dan memakai blangkon. Untuk instrumen musik yang di
mainkan cukup baik dan menyita perhatian audien.
Gambar 1. Pengrawit
pertama seni karawitan tradisional
B. Seni Karawitan Modern
Dalam
pagelaran musik karawitan di ISI Surakarta pada tanggal 16 April 2014, di sana
menyajikan pagelaran yang sangat menarik dan indah untuk dilihat mata
telanjang. Sajian yang begitu memukau para audien sehingga membuat audien memasangkan
pandangan pada sajian yang ada. Pada kali ini pagelaran yang disajikan yaitu
karawitan atau musik modern, yang sudah kita ketahui semua musik modern selalu
mengalami inovasi dari tahun ke tahun. Berikut sajian yang ada pada pagelaran
ISI Surakarta yaitu, sebagai berikut:
1.
Kluthekan
a)
Komposisi : Kluthekan
b)
Komposer : Arna Saputra
c)
Alat yang digunakan : Sepenuhnya menggunakan botol dan gelas yang berisi air yang nantinya dimainkan
dengan cara tangan digeser-geserkan atau di pukul dengan menggunakan alat yang
berbahan karet. Selain itu ada gerobak untuk alat memasak dan perabotan,
seperti orang-orang yang menjual makanan di warung-warung.
d)
Deskripsi :
Kluthekan pada sajian karawitan modern ISI Surakarta instrumen yang digunakan
atau disajikan cukup menarik dan menyita para audien. Sebagian pemaian
laki-laki memainkan alat-alat karawitan modern seperti botol dan gelas yang
berisi air tadi sehingga instrumen yang dihasilkan memiliki suara-suara yang
berbeda dari alat musik yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, para pemain
perempuan sibuk dengan masakan atau hidangan makanan yang akan dihidangkan
kepada para pembeli, sambil mengucapkan kata-kata “kluthak kluthek” secara
terus menerus tetapi juga ada jedanya. Para pemaian perempuan juga berdialog
seperti acting yang berada di televisi-televisi dengan ekspresi yang bagus dan
pas, hal itu membuat para audien memusatkan pandangan matanya kepada para
sajian “kluthekan”
Gambar 4. Sajian
kluthekan seni karawitan modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar